MENGENAL SEJARAH KOLONIAL ARSITEKTUR DI KAWASAN BANDUNG
Sejarah kolonial arsitektur memang sangat menarik untuk dipelajari. Arsitektur  sendiri adalah desain sebuah bangunan yang memiliki nilai seni. Sedangkan arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang dibangun selama masa penjajahan kolonial Belanda.  Sejarah kolonial arsitektur dimulai pada tahun 1600 hingga 1942 M. 
 
Ciri Khas Arsitektur Kolonial
 
Gaya desain kolonial sangatlah unik, dan berbeda dengan arsitektur lainnya. Ciri khas arsitektur kolonial yang pertama adalah banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yaitu desain yang memadukan antara arsitektur klasik Yunani dan Romawi.  Bentuk arsitektur ini terlihat jelas pada bagian dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik, kolom-kolom dorik, ionik, serta corinthian dengan berbagai ornamen pada kapitalnya. Bentuk tympanum di bagian atas pintu dan jendela sebagai hiasan serta dilengkapi dengan bentuk pedimen di atas deretan kolom. Selain itu arsitektur kolonial juga identik dengan fasat simetris, entrance dengan dua daun pintu, pintu masuk bangunan terletak di bagian samping, denah simetris, dibangun dengan menggunakan material dari kayu tanpa pelapis ataupun batu bata, memiliki jendela besar berbingkai kayu dan yang paling unik adalah terdapat dormer (bukaan pada atap).
 
Model arsitektur kolonial sangat banyak kita jumpai di kota-kota Indonesia yang dulunya pernah dijajah oleh Belanda salah satunya kota Bandung. Banyaknya gedung-gedung dengan gaya arsitektur kolonial di kawasan ini membuat kota ini mendapat julukan “Laboratorium Arsitektur Kolonial di Nusantara”.  Dahulu kala kota Bandung sering dijadikan tempat tinggal bagi para penjajah Belanda yang tinggal di Indonesia sehingga tidak heran jika sejarah kolonial arsitektur banyak ditinggalkan di kota Bandung.  Beberapa bangunan tua di Bandung yang menggunakan desain arsitektur kolonial diantaranya:
 
1.  Gedung pakuan (kediaman resmi Gubernur Jawa Barat), dahulunya gedung ini merupakan tempat tinggal dari Residen Van Der Moore. Gedung ini terletak di oto iskandar.
2.  Gedung Departemen Peperangan  (Departemen van Oorlog) Hindia Belanda. Gedung yang dulunya merupakan istana panglima perang tertinggi Hindia Belanda tersebut kini telah beralih fungsi menjadi markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi.
3. Kodiklat TNI/AD yang dulunya dikenal dengan gedung Jaabeur
4. Radio Nirom, bangunan ini bergaya modern dengan sentuhan streamlined deco.
5. Gedung sate
6. Gedung merdeka
 
Selain gedung-gedung yang telah disebutkan di atas, masih ada ratusan gedung tua lainnya di kota Bandung yang mengadopsi gaya arsitektur kolonial.
Desain Lantai pada Bangunan di Kota Bandung
Bangunan-bangunan tua di kota Bandung memang seringkali mengadopsi gaya arsitektur kolonial namun juga dipadupadankan dengan gaya nusantara sehingga memberikan kesan unik nan mewah. Desain lantai pada bangunan tua di kota Bandung pada umumnya menggunakan penutup lantai berjenis tegel. Tegel merupakan jenis penutup lantai dari campuran pasir serta semen yang dipercantik dengan motif dan pewarnaan. Dimasa yang modern saat ini kita lebih mengenal keramik, parket kayu, granit, marmer dan sebagainya sehingga penggunaan tegel mulai terlupakan. Salah satu jenis tegel yang sangat eksotis dan sangat terkenal di masa lampau adalah tegel kunci atau tegel antik. Untuk kawasan Bandung tegel adalah kunci dari ciri khas Bandung  merupakan jenis tegel yang masih digunakan pada lantai bangunan keraton dan rumah-rumah mewah kaum nigrat hingga saat ini. Tegel dengan simbol kunci memberikan kesan hangat dan menampilkan keunikan gaya arsitektur kolonial yang memadupadankan arsitektur kuno dan modern. Tegel ini kunci dari ciri khas Bandung merupakan tegel antik yang digunakan pada bangunan dengan arsitektur kolonial